JATIMTIMES - Sebuah langkah strategis dalam penanggulangan stunting diperkuat di Provinsi Jawa Timur. Melalui program PASTI (Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia), sebanyak 118 desa kini terlibat aktif dalam upaya menangani masalah yang merundung generasi masa depan ini.
Di dua kabupaten prioritas, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Ngawi, program ini telah menjangkau lebih dari 4.000 warga, baik orang dewasa, remaja hingga anak-anak balita (baduta).
Berdasarkan data terbaru dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Jawa Timur tercatat menurun menjadi 14,7 persen dari angka sekitar 17,7 persen pada 2023. Prestasi ini menempatkan Jatim sebagai yang terbaik di Pulau Jawa dalam hal penurunan stunting.
Program PASTI hadir sebagai kemitraan strategis antara BKKBN Provinsi Jawa Timur, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Pelaksananya adalah Wahana Visi Indonesia dan Yayasan Cipta dengan durasi hingga Januari 2027.
Program ini mengusung tiga pilar utama, mulai dari intervensi gizi berbasis lokal, edukasi kesehatan bagi remaja, serta penguatan kelembagaan hingga tingkat desa dan kabupaten.
“Anak-anak adalah masa depan kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu, kami berkomitmen penuh untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak dasarnya atas gizi yang cukup dan lingkungan yang mendukung pertumbuhannya,” ujar Hotmianida Panjaitan, national program manager program PASTI.
Di Kabupaten Malang, program PASTI telah membuahkan hasil nyata. Dari 29 desa awal yang mendampingi, digulirkan perluasan model Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) ke 89 desa tambahan hingga total 118 desa terlibat.
“Program PASTI berhasil mendampingi 29 desa. Kami kemudian mereplikasi model DASHAT ke 89 desa tambahan, sehingga total 118 desa kini terlibat dalam percepatan penurunan stunting,” ungkap Aniswaty Aziz, kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Malang.
Pelatihan terhadap 90 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilaksanakan. Mereka menggelar Kampanye Perubahan Perilaku (KPP) kepada 2.444 orang tua dan ibu hamil, dengan hasil luar biasa. Yakni 97,6 persen di antaranya menunjukkan peningkatan pengetahuan. Program juga menyentuh remaja lewat pendekatan peer educator untuk membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan sejak usia dini.
Semetara itu, Siti Rukiati, salah satu kader TPK di Kabupaten Malang, menceritakan perubahan sikap dalam keluarga. Menurut dia, dulu banyak keluarga menganggap gizi cukup itu yang penting anak kenyang. Tapi setelah ikut kelas edukasi dan praktik bersama, pemahaman mereka berubah.
Baca Juga : Wujudkan Kampus Berintegritas, UIN Malang Tegakkan Pendidikan Antikorupsi Bersama KPK
“Sekarang mulai memperhatikan kualitas makanan dan keterlibatan semua anggota keluarga,” ucapnya.
Meskipun capaian Jatim membanggakan, angka stunting secara nasional menurut SSGI 2024 masih berada di 19,8 persen, turun dari 21,5 persen tahun sebelumnya. Pemerintah menargetkan angka nasional turun ke 14,2 persen pada tahun 2029.
Dengan kondisi ini, penguatan akar masalah menjadi sangat penting. Desy Mega Aditia dari BKKBN Jatim menuturkan stunting bukan hanya isu kesehatan, melainkan masalah multidimensi meliputi gizi, pendidikan, sanitasi, ekonomi, hingga budaya.
“Penting adanya kerjasama atau kolaborasi lintas sektor guna efektivitas serta keberlanjutan intervensi,” ujar Desy.
