JATIMTIMES – Langit pagi di halaman Kantor Wali Kota Blitar tampak cerah ketika truk-truk logistik berjejer rapi, siap diberangkatkan menuju Depok. Di bak belakangnya, bertumpuk rapi ribuan peti telur ayam produksi peternak lokal. Rabu (15/10/2025) pagi itu, Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, secara simbolis melepas pengiriman 10 ton telur ke Kota Depok.
Momen sederhana itu bukan sekadar seremoni rutin, melainkan penanda arah baru ekonomi Blitar: membangun jaringan dagang lintas daerah yang terintegrasi, dan menyiapkan lahirnya Blitar Trade Center (BTC) pada tahun 2026.
Dalam sambutannya, Mas Ibin menyebut pengiriman ini sebagai kelanjutan dari kerja sama perdagangan antardaerah yang sebelumnya telah dijalin dengan sejumlah pemerintah kota. Setelah sukses menembus pasar Surabaya, kini giliran Depok menjadi mitra tetap penyaluran komoditas unggulan Blitar.
Menurutnya, langkah ini merupakan realisasi dari nota kesepahaman (MoU) antara Pemkot Blitar dan Pemerintah Kota Depok yang telah ditandatangani beberapa waktu lalu. Dari perjanjian tersebut, Depok mulai memesan telur dalam jumlah besar langsung dari Blitar.
“Kita harapkan ke depan, teman-teman pelaku usaha di Blitar punya gudang di Depok. Jadi serapan telur kita di sana makin besar,” ujar Mas Ibin. Ia menambahkan, pihaknya juga tengah menjajaki pasar baru di DKI Jakarta, Bekasi, dan kota-kota lain di Jawa Barat.
Bagi Mas Ibin, peran kepala daerah tidak berhenti pada fungsi administratif semata. Ia mengibaratkan dirinya sebagai “sales” bagi daerahnya sendiri, yang bertugas menjual potensi, memasarkan produk lokal, dan membuka jejaring ekonomi baru.
“Kalau kepala daerah disebut pelayan masyarakat, ya memang betul. Tapi saya juga sales-nya Kota Blitar. Apa pun produk unggulan kita, ayo dijual keluar,” tuturnya disambut tawa ringan peserta upacara pemberangkatan.
Di balik geliat perdagangan antardaerah itu, Pemkot Blitar menyiapkan fondasi lebih besar: Blitar Trade Center (BTC), proyek strategis yang ditargetkan mulai berjalan pada 2026.
Mas Ibin menggambarkan BTC sebagai pusat perdagangan modern tempat para trader, koperasi, dan pengusaha Blitar Raya berkantor, berdagang, serta memantau harga komoditas secara daring.
“Kami bayangkan nanti pengusaha dari Jakarta atau luar pulau bisa langsung update harga telur, kopi, sayur, buah, bahkan daging melalui sistem BTC. Semua transparan dan real time,” jelasnya.
BTC juga akan berfungsi sebagai “bursa harga komoditas daerah”, mirip dengan konsep bursa efek di kota besar. Bedanya, yang diperjualbelikan bukan saham, melainkan produk nyata hasil bumi dan industri Blitar.
“Kalau di Jakarta ada bursa efek, maka di Blitar akan ada bursa komoditas. Dari sini bisa dilihat harga telur hari ini berapa, melon berapa, semua jelas,” ujar Mas Ibin.
Selain sebagai pusat informasi harga, BTC juga akan menjadi sentra verifikasi pedagang dan trader resmi. Langkah ini diambil untuk menekan potensi penipuan atau praktik curang dalam perdagangan daring lintas daerah.
“Trader di BTC nanti semua terverifikasi, jadi tidak ada kekhawatiran soal kualitas barang atau transaksi fiktif,” tegasnya.
Baca Juga : Ngeri! Israel Ancam Serang Gaza Lagi Jika Hamas Langgar Gencatan Senjata
Dari sisi pendapatan daerah, BTC juga diharapkan menjadi sumber baru retribusi dan pajak perdagangan. Namun, menurut Mas Ibin, orientasi utamanya bukan sekadar penerimaan fiskal, melainkan memperluas pasar produk lokal dan menghidupkan kembali semangat wirausaha masyarakat Blitar.
Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Blitar, Freddy Hermawan, menyebut langkah ini sangat tepat, mengingat Blitar memiliki banyak komoditas unggulan dengan kualitas dan kontinuitas tinggi.
“Untuk telur saja, harga di Depok sudah mencapai Rp33 ribu per kilogram, sementara di Blitar masih di bawah Rp30 ribu. Artinya, produk kita sangat kompetitif,” ujarnya.
Selain telur, Freddy menyebut ada potensi besar dari sektor peternakan, hasil pertanian, hingga kerajinan tangan seperti kendang dan produk kayu.
“Ke depan, komoditas unggulan kita tidak terbatas pada hasil peternakan saja. Produk olahan dan kerajinan lokal juga siap masuk ke pasar antar daerah,” tambahnya.
Ia mencatat, pengiriman produk dari Blitar ke luar daerah sejatinya sudah berlangsung beberapa kali ke Jakarta, Surabaya, bahkan hingga Papua. Namun, seremoni resmi baru dilakukan kali ini untuk menandai kesiapan penuh sistem perdagangan baru yang lebih terstruktur.
Rencana pembangunan Blitar Trade Center menandai transisi penting bagi ekonomi daerah. Kota yang selama ini dikenal sebagai sentra telur ayam terbesar di Jawa Timur itu kini melangkah menuju peran baru: kota dagang modern berbasis jaringan digital dan kolaborasi antarwilayah.
“Dengan BTC, perdagangan antar daerah akan lebih cepat, transparan, dan terpercaya,”Efek ekonominya bukan hanya untuk pedagang, tapi juga retribusi, pajak, dan kesejahteraan masyarakat Blitar,” ujar Mas Ibin menegaskan.
Pengiriman 10 ton telur ke Depok menjadi langkah simbolik menuju era baru perdagangan daerah. Sebuah tanda bahwa Blitar tak lagi hanya memproduksi, tetapi juga aktif membangun ekosistem dagang yang berkelanjutan dan kompetitif.