Pecah! Festival Batik Kedungkandang 2025 Jadi Penutup Spektakuler Bulan Batik Malang

Reporter

Hendra Saputra

27 - Oct - 2025, 05:46

Festival Batik Kedungkandang 2025 (foto: istimewa)

JATIMTIMES - GOR Ken Arok, Kedungkandang, kembali menjadi pusat kemeriahan budaya pada Minggu (26/10/2025) kemarin. Ratusan warga tumpah ruah menghadiri Festival Batik Kedungkandang 2025, penutup rangkaian Bulan Batik Kota Malang yang berlangsung sepanjang Oktober. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa batik bukan sekadar warisan budaya, tetapi denyut ekonomi kreatif yang terus hidup di tengah masyarakat.

Festival ini digelar oleh Kecamatan Kedungkandang bersama TP PKK Kecamatan Kedungkandang dan Asosiasi Perajin Batik Kota Malang (APBKM). Sejak pagi, area GOR Ken Arok dipenuhi stan UMKM dari berbagai kelurahan yang memamerkan aneka produk batik, kerajinan tangan, hingga kuliner khas. Nuansa keakraban dan semangat gotong royong begitu terasa sepanjang acara.

Baca Juga : Dari Panggung Duta Golkar, Suara Anak Muda Menggema untuk Masa Depan Bondowoso

Dalam sambutannya, Camat Kedungkandang Drs Fahmi Fauzan AZ MSi mengungkapkan kebanggaannya atas semangat masyarakat yang masih menjaga tradisi dan budaya lokal. Menurutnya, wilayah Kedungkandang masih sangat kental dengan suasana tradisional dan budaya agraris. 

“Saya berharap di tiap kelurahan dapat tumbuh sentra-sentra batik dengan motif khas yang menggambarkan jati diri masyarakatnya,” ujarnya.

Tak hanya membuka festival, Fahmi juga meluncurkan sejumlah program penting, antara lain logo Kecamatan Kedungkandang, Sentra Batik Sawojajar, Sentra Batik Arjowinangun, serta Motif Batik Tumpal Malang yang dikhususkan untuk sampur atau selendang tari tradisional Malang. Motif tumpal ini memiliki makna mendalam, melambangkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Sementara itu, Ketua APBKM Ki Demang (Isa Wahyudi) menegaskan komitmen asosiasi dalam mengembangkan batik khas Malang. Asosiasi itu menurutnya, akan berkontribusi pada kekayaan seni dan budaya yang ada di Kota Malang. 

“Salah satu langkah nyata kami adalah menciptakan batik khusus untuk sampur tari tradisional Malang. Ke depan, APBKM akan terus mengawal lahirnya motif-motif khas yang menjadi identitas masyarakat Malang,” tegas Ki Demang. 

Festival ini juga diwarnai talkshow bertema 'Menumbuhkan Sentra Batik di Kedungkandang untuk Mengembangkan Industri Kreatif' yang menghadirkan Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita, SS dan Wakil Ketua DPRD Trio Agus Purwono STP. Dalam kesempatan itu, Amithya sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, Kedungkandang memiliki segudang potensi alam, tradisi, dan budaya yang luar biasa. 

“Festival seperti ini bisa menjadi agenda tahunan yang memperkuat kebanggaan warga sekaligus menghidupkan kembali semangat ekonomi kreatif berbasis budaya,” kata Amithya. 

Ia juga mendorong generasi muda, terutama Gen Z, agar aktif melestarikan batik dan mengembangkannya menjadi peluang industri kreatif masa depan.

Baca Juga : Unjuk Karya Nyata, Mahasiswa UB Luncurkan Newsletter untuk JatimTIMES

Panggung seni pun tak kalah memikat. Penampilan Tari Beskalan Putri Malang, Tari Topeng Grebeg Sabrang, hingga Tari Manuk Dadali sukses mengundang decak kagum. Aksi anak-anak disabilitas dari Yayasan Anak Bangsa yang menyanyikan lagu “Malang Istimewa” dan “Rek Ayo Rek” menjadi momen haru yang menghangatkan suasana.

Sorotan utama festival adalah Batik Fashion Show karya desainer Hanny Purwandari, Ketua TP PKK Kecamatan Kedungkandang. Busana batik bernuansa modern tradisional diperagakan oleh anak-anak dari Forum Anak Kedungkandang.

Puncak kemeriahan terjadi saat 50 pembatik perempuan menari Tari Beskalan Massal sambil memperlihatkan hasil karya mereka berupa sampur batik motif tumpal. Momen ini menjadi simbol paduan antara seni tari dan seni membatik sebagai satu nafas kebudayaan Malang Timur.

Acara kemudian ditutup dengan lomba fashion antar-kelurahan se-Kedungkandang yang dinilai oleh Prof Dr Robby Hidajat (UM), Ki Demang (APBKM), dan Sarah (PPBKM). Para juri menilai orisinalitas dan nilai budaya lokal dalam setiap rancangan busana.

Festival Batik Kedungkandang 2025 tak hanya menjadi puncak perayaan Bulan Batik Nasional, tetapi juga tonggak kebangkitan batik Malang Timur. Melalui kolaborasi pemerintah, komunitas budaya, akademisi, dan masyarakat, Kedungkandang menegaskan diri sebagai sentra baru ekonomi kreatif berbasis warisan lokal.

Batik Kedungkandang kini bukan sekadar kain, melainkan simbol cinta, kebanggaan, dan semangat gotong royong masyarakat Malang.